« Home | Bengawan Solo » | EU, Japan want to monitor Aceh elections » | Japan, Indonesia to hold new round of trade talks ... » | Indonesia, Japan focus investment on four sectors » | Japan's Inpex to invest 4.2 bln dlrs for gas proje... »

Dibalik Dongeng Putri Kaguya

“ Dongeng tentang pemotong bambu “ adalah suatu cerita rakyat jepang abad ke10 yang bercerita tentang seorang anak perempuan misterius,yaitu Puteri Kaguya. Juga diketahui sebagai “ Dongeng tentang Puteri Kaguya “. Hal tersebut disebut sebagai naratif jepang yang tertua. Taketori Monotogari (dongeng tentang pemootong bambu ) adalah sebuah cerita yang diketahui oleh hampir semua orang jepang. Secara singkat, dongeng ini menceritakan tentang gadis tiga matahari (1 matahari berukuran 3.03 cm) di dalam suatu kilauan batang bambu yang ditemukan oleh tukang potong bambu tua yang ketika itu sedang bekerja di daerah perbukitan. Dia membawa anak gadis itu kerumahnya dan kemudian bersama istrinya dia mulai membesarkan anak tersebut. Mulai hari itu, dia menemukan emas di dalam bambu. Anak gadis itu tumbuh dengan cepat dan dinamakan “ Nayotake no Kaguya-hime ( Putri yang berkilau dalam potongan bambu). Okada menulis bahwa versi terdahulu dari “cerita pemotong bambu” nampak sebagai Man-Yoshu, yang berdiri bukan sebagai suatu cerita yang mempunyai otonomi sendiri tetapi sebagai alasan berbeda untuk suatu choka dan dua hanka oleh orang- orang terdahulu dan sembilan tanka oleh sembilan makhluk abadi yang nampak di dalam jalan cerita. Versi Man’-yoshu betul-betul terlihat diambil dari teks Taketori. Fokusnya adalah puisi- puisi, dan nilai- nilai yang ada pada mereka untuk orang tua sebagai balasan untuk suatu pelanggaran. Yang menarik dari narasi ini terletak pada pertukaran percakapan, yang mana menyajikan alasan untuk puisi tersebut. Dan sikap yang mengejek perempuan dalam hubungannya dengan laki- laki dan juga pemikiran bahwa manusia tidak sepantasnya berkeluarga dengan makhluk abadi. Wajar untuk kita berpikir bahwa pada kenyataannya Taketori Monogatari berasal dari Cina. sebuah cerita Cina berjudul “Gadis dari percikan bambu ( Pan-chu Ku-niang)” juga mirip dengan cerita lima pelamar dalam Taketori Monogatari. Pengaruh religius dalam cerita Taketori Monogatara sangatlah menarik. Sebelum Taketori Monogatara tidak ada cerita rakyat dari Jepang yang mana tidak berorientasi duniawi, wanita pergi kebulan pada bulan purnama di bulan Agustus. Mitos di Jepang biasanya memuja matahari, bukannya bulan. Pemujaan bulan bisa disebut adalah pengaruh dari Cina. Kenyataannya, cerita bahwa Kouga mulai hidup di bulan setelah meminum obat ada dalam salah satu cerita Shinsen Cina, Legenda Kouga, bisa saja menjadi dasar dari Taketori Monogatara karena kedua cerita meninggung tentang obat dan bulan pada umumnya. Dengan cukup keyakinan, ajaran Shinsen Cina berdasarakan dari ajaran Tao. Taketori Monogatara mungkin ditulis selambat- lambatnya pada abad ke 9 atau awal abad ke 10. Seperti disebut pada akhir cerita bahwa asap masih keluar dari Gunung Fuji, berarti masih berstatus aktif, adalah sebuah petunjuk penting waktu dari cerita tersebut, seperti kita tahu, setelah 905 A.D. gunung telah berhenti mengeluarkan asap. Dengan mengabaikan kapan persisnya cerita itu pertama ditulis, cerita ini adalah yang cerita fiksi Jepang paling tua yang masih bertahan. Banyak teori yang mengumumkan tentang si pengarang, tapi terlalu sedikit untuk diduga. Nama- nama dari lima pelamar, menirukan nama dari anggota- anggota dari pengadilan Jepang pada abad ke 8, dipercayai oleh beberapa ahli bahwa Cerita si Pemotong Bambu dibayangkan sebagai sindiran yang diarahkan untuk melawan beberapa golongan di pengadilan, tetapi ini bukanlah bagaimana cerita dibaca (dipahami) berabad-abad kemudian.